Media sosial dan jagat maya dihebohkan dengan konflik antara Amsakar Achmad, Wakil Wali Kota, dengan Wakil Wali Kota Haji Muhammad Rudi. Konflik itu muncul ke permukaan terutama karena Amsakar banyak berkeluh kesah dan mempersoalkan hal-hal intern Pemko Batam kepada publik melalui berbagai platform media sosial. Amsakar memberi penjelasan kepada media dan para relawan tim suksesnya untuk Pilkada Batam 2024 bahwa ia dibatasi dan mengaku sudah tak lagi mendapatkan hak protokoler. Ia juga berkata jarang hadir di acara pemerintahan karena ADC (asisten pribadi) sudah tidak lagi berada di grup (WhatsApp) pimpinan.
Pihak Pemko Batam sendiri telah menjawab keluhan Amsakar ini bahkan Wali Kota HMR, demikian Haji Muhammad Rudi biasa disapa, mengajak Amsakar duduk bersama dan membicarakan hal-hal yang dikeluhkan kepada publik itu di kantor. Konon menurut informasi, Amsakar sudah jarang masuk kantor dan sekalinya masuk hanya sebentar.
Isu konflik para pemimpin Kota Batam itu kini menjadi perbincangan publik. Banyak pihak menyayangkan kejadian tersebut. Seharusnya di tengah pembangunan yang sedang gencar-gencarnya dikerjakan Pemko Batam dan BP Batam, hal-hal kecil seperti itu bisa diredam.
Pengamat pemilu Agusta Surya Buana berpendapat, konflik itu bisa saja terjadi karena pilkada Kota Batam akan digelar akhir tahun depan. Walau masih lama pelaksanaannya namun tampaknya telah terjadi perpecahan pandangan terkait siapa yang akan maju di perhelatan lima tahunan itu. Menurutnya, HMR jelas tidak bisa maju lagi di Pilkada Kota Batam, ia bahkan diminta banyak pendukungnya untuk maju di Pilkada Provinsi Kepri. Dalam pikiran kubu Amsakar atau juga pendukungnya, Amsakar sebagai wakil HMR selama dua periode layak untuk menggantikan HMR namun tampaknya HMR tidak mau membahas persoalan itu dan lebih fokus menuntaskan pekerjaan besar yang belum selesai dan masih ada waktu untuk menuntaskannya.
Agusta menambahkan, di saat yang sama, Wakil Gubernur Kepri Marlin Agustina Rudi sering berkegiatan di Kota Batam sehingga dibaca sebagai sinyal dukungan kepada Wagub Kepri untuk maju di Pilkada Kota Batam.
โKonflik itu secara politik mudah diurai sdbab musababnya, dan penyelesaiannya hanya dengan semua fokus kepada tanggungjawab dan tugas amanat yang diemban. Pilkada masih lama, kalau pun ternyata harus bersaing, seharusnya tidak perlu ada sebutan mengadu ke luar atau berkeluh kesah di media sosial. Semua harus fokus bekerja, pilkada masih lama,โ ujarnya kepada media, Kamis (6/7).
Sementara itu Aktivis Forum Kajian Kota Batam, Frengki Fernando menilai Amsakar tampak galau. Di sosial media terlihat pada satu sisi Amsakar mengaku terlibat memajukan Kota Batam bersama Walikota Muhammad Rudi. Namun di sisi lain ia menyebut tidak dilibatkan dalam berbagai program.
Dari situ dapat dinilai, Amsakar mengakui kepemimpinan walikota Batam yang berhasil membuat kota makin maju dan ingin memakai jargon teruskan tapi mungkin tidak mendapat dukungan dari walikotanya.
โAneh juga ya, di satu sisi ia klaim ikut membangun di sisi lain mengaku tidak dilibatkan,โ ujar Frengky kepada media, Sabtu (1/7) lalu.