Asosiasi pengusaha kepelabuhanan meminta agar Badan Pengusahaan (BP) Batam memperhatikan kelanjutan usaha mereka. Permintaan itu karena dikhawatirkan, dengan masuknya Pelindo II ke Pelabuhan Batuampar, akan memunculkan monopoli.
BATAM – Selain itu, dikhawatirkan kehadiran Pelindo, akan membuat tarif naik, seperti halnya di Sumatera Utara.
Kekhawatiran pengusaha itu disampaikan Ketua INSA Batam, Osman Hasyim, di Batam, usai rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPRD Batam, Rabu (29/1) di Batam. Ikut serta Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) Batam, dari Internasional Nation Shipowner Association (INSA) serta dari Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Batam.
”Kami khawatir, masuknya Pelindo II di Batam akan membuat usaha monopoli. Bisa semua usaha di pelabuhan akan diambilalihnya,” kata Osman.
Selain monopoli, dampaknya dikhawatirkan membuat tarif di pelabuhan Batuampar akan tinggi. Sehingga membuat pelabuhan Batuampar, tak lagi kompetitif dalam bersaing dengan pelabuhan lainnya.
”Kami tahu pelabuhan yang dikelola Pelindo seperti apa. Satu kontainer misalnya di Pelabuhan Belawan saja untuk sekali handling tarifnya bisa sampai Rp 5 juta hingga Rp 6 juta,” cetusnya.
Menurut dia, saat ini tarif di Batam, satu kontainer hanya dikenakan Rp500 hingga Rp800 ribu. Kegiatan Pelindo di luar Batam, untuk satu kali handling kontainer saja tarifnya mencapai Rp 5 juta hingga Rp 6 juta. Kalau nantinya di Pelabuhan Batuampar untuk satu kali handling kontainer dikenakan Rp 5 juta hingga Rp 6 juta oleh Pelindo II, dikhawatirkan berdampak pada meredupnya industri di Batam.
”Pertanyaan saya kalau Pelindo II masuk ke Batam, berapa biaya untuk satu kontainer nantinya. Tarif murah seperti saat ini saja di Batam, kami sampai teriak-teriak,” cetusnya.
Dia juga mempertanyakan langkah BP dengan membangun kerjasama ke Pelindo. Alasannya, pendapatan BP dari pelabuhan cukup tinggi.
”Di mana-mana pengelolaan pelabuhan itu menguntungkan. Kok di sini BP Batam justru tak mau berinvestasi di pelabuhan, justru diserahkan ke Pelindo II, saya juga heran,” imbuh Osman.
Dipertanyakan juga dampak positifnya masuknya Pelindo II ke Batam. ”Jangan sampai Pelindo II masuk dan menguasai seluruh usaha di pelabuhan, kami pelaku usaha lokal yang lebih dulu ada ini yang dimatikan. Sementara kami ini perintis pelabuhan,” beber dia.
Osman menambahkan, pengelolaan pelabuhan dan industri maritim di Batam memang harus benar-benar komprehensif, tak hanya bicara soal investasi semata. Dengan masuknya Pelindo II ke Batam, dikhawatirkan, kondisi usaha pelabuhan yang saat ini sudah baik, nantinya bukannya makin produktif justru kontra produktif.
”Sedangkan biaya yang sekarang, tergolong murah bila dibandingkan pelabuhan lainnya, masih dianggap mahal,” kata dia menambahkan.
Pernyataan senada disampaikan Ketua Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) Batam, Crimson Sitanggang. Namun Crimson lebih menekankan keterlibatan pihaknya di Pelabuhan Batuampar. Diingatkan, selama ini, pihanya yang mencari customer, mendatangkan kapal serta mendatangkan muatan.
”Jadi tolong kami pelaku usaha lokal yang lebih dulu hadir ini dilibatkan. Termaksud terkait penetuan pengelolaan pelabuhan Batuampar,” harap Crimson. (MARTUA)