Padahal Hanya untuk Swafoto di Lokasi Bandara Letung
Sejumlah pelang nama jalan yang unik untuk kepentingan swafoto di Bandara Letung, Kecamatan Jemaja diprotes oleh sejumlah masyarakat dan akhirnya pelang tersebut dicabut oleh pihak bandara.
ANAMBAS – Pencabutan pelang tersebut, karena segelintir warga tidak menerima kata-kata yang disajikan yang dinilai tidak pantas.
Padahal, dari sudut pemahaman kata-kata yang disajikan unik dan tidak memiliki maksud makna lainnya. Sehingga, sebagian masyarakat di Jemaja tidak mempersoalkan itu.
Hanya saja, ada segelintir orang yang diduga memanas-manasi hal itu kepada masyarakat yang tidak menerima pelang itu dipasang.
Tanpa memikir panjang, lantas pihak bandara pun mencabut pelang itu karena tak ingin menimbulkan persepsi yang bukan-bukan.
Enku Zubir pelaku seni (Seniman) asal Anambas mengatakan, pemasangan sejumlah papan nama unik di Bandara Letung yang peruntukannya untuk spot foto dan menjadi viral serta menimbulkan polemik itu sah-sah saja.
Pasalnya, setiap sentuhan pembangunan yang dilakukan perlu adanya kreatifitas.
”Kami rasa itu sah-sah saja, karena itu hanya pelang nama untuk menarik perhatian dan selama ini menjadi spot swafoto (Selfie) bagi mereka yang melewati bandara Letung,” ujar Zubir, yang ditemui dikedai Kopi Ester, Kamis (5/9).
Ia menyayangkan, kenapa harus dicabut pelang itu. Menurutnya, hal ini merupakan salah satu bentuk promosi daerah melalui fotograf.
Lebih lanjut, ia menguraikan, ada hal-hal yang menjadi kontrol sosial dan juga yang bisa dipandang sebagai bentuk kreatifitas sehingga jangan disamaratakan.
”Jemaja itu dijadikan salah satu andalan kepulauan Anambas untuk tujuan wisata. Jadi perlu ada hal-hal menarik yang meminat mata disana. Kalau nak melunturkan buloh biarlah dari rebungnye,” katanya berfilsafat.
Pria berkacamata itu menyinggung, terkait dengan kreatifitas yang tumbuh ditengah-tengah masyarakat selama ini juga menjadi fokus kontrol para seniman tempatan.
”Kami sangat mengapresiasi segala bentuk kreatifitas yang tumbuh baik itu berpijak pada kearifan lokal, maupun disentuh sesuai dengan perkembangan zaman. Selagi itu tidak bertabrakan dengan nilai estetika. Janganlah sampai periuk mengumpat belange,” pungkasnya.
Anehnya, informasi yang diperoleh bahwa pelang tersebut diprotes oleh sejumlah masyarakat Jemaja yang berada di Tanjungpinang. Diduga, ada oknum-oknum yang memanas-manasi hal itu agar pelang tersebut dicabut karena kata-kata yang dituliskan tidak pantas.
Padahal, pelang itu sebelumnya tidak bermasalah bagi sejumlah masyarakat sejak dipasang.
Malahan, penumpang yang tiba dan berangkat di Bandara Letung senang untuk berswa foto dilokasi tersebut. Sekedar menambahkan, saat ini pariwisata di Anambas sedang hangat-hangatnya diperbincangkan.
Bahkan, event Festival Padang Melang (FPM) yang digelar bulan July lalu duduki peringkat 3 nasional terpopuler pada Anugerah Pariwisata Indonesia (API) 2019.
Tidak sia-sia Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas melalui Dinas Pariwisata dan Budaya menggelar sejumlah seperti FPM hingga seri ke-V.
Event FPM di Pantai Padang Melang Kecamatan Jemaja, Kabupaten Kepulauan Anambas Provinsi Kepri ini dilaksanakan setiap tahunya.
Selain Festival Padang Melang, terdapat festival lain seperti Festival Karang Lintang di Kabupaten Bangka, serta Malang Flower Carnival di Kota Malang yang masuk pada nominasi itu. Sedikitnya, ada 18 nominasi dalam anugerah itu. Penentuan pemenang nominasi itu dilakukan dengan cara polling melalui layanan pesan singkat.
Data sementara per 31 Agustus 2019, Festival Padang Melang menempati posisi ke 3 dengan perolehan 17,81 persen. Malang Flower Carnival sebesar 31,51 persen. Lalu Festival Karang Lintang dengan perolehan 39,34 persen.(INDRA GUNAWAN)