Membumikan Bright Gas 5,5 Kg Lewat Elpiji 3 Kg

oleh -

Pertamina Tindak Pangkalan dan Bantu UMKM

“Pria ini hendak membeli empat tabung elpiji 3kg dengan alasan, untuk usaha rumah makan. Namun petugas Pertamina dilokasi pangkalan gas bertindak tegas, melarang. Selain bukan warga di perumahan itu, juga karena stok untuk UMKM, bukan dipangkalan itu. Akhirnya hanya diperbolehkan membeli satu tabung elpiji. Untuk membuktikan warung makan, petugas Pertamina mengikuti dari belakang. Setelah melihat fakta dilapangan, Sales Branch Manager Pertamina Kepri, William, mengambil kebijakan, untuk membantu mempercantik warung dipinggir jalan, dengan cat motif Bright Gas 5,5 kg.

Sekitar lima orang petugas dari Pertamina Kepri, mendatangi pangkalan-pangkalan gas subsidi, elpiji 3 kg di Tembesi, Sagulung, Batam. Dua petugas menggunakan kendaraan roda dua dan tiga orang menggunakan mobil Innova. Mereka mengikuti Budi, yang bergegas meninggalkan pangkalan gas subsidi milik Junus Hotasoit di Ruko Tembesi Poin Blok C no 65 RT 04, Kibing, Sagulung.

Mobil yang ditumpangi Sales Branch Manager Pertamina Kepri, William mengikuti motor matic yang membawa empat tabung gas subsidi warna hijau, Jumat (8/11). Setelah menyebrang dan melewati lampu merah Simpang Tembesi, motor itu menuju bangunan yang terbuat dari papan dipinggir jalan, dekat lampu merah.

Dari kejauhan mobil Innova hitam yang ditompangi William, meluncur kearah lokasi motor itu berhenti. Kecurigaan itu, membawa rombongan Pertamina mengikuti motor yang dikendarai Budi, menuju warungnya.Tiba dilokasi, William dan rekannya dari petugas lapangan Pertamina, yang ikut mengintai dengan motor, langsung menuju tempat Budi. Bangunan dipinggir jalan utama Tembesi itu dijadikan tempat usaha, rumah makan khas Batak.

Budi kemudian mengangkat satu tabung berisi gas 3kg. Sementara tiga tabung lagi dibiarkan diatas motor, karena masih dalam kondisi kosong. William yang turun melakukan sidak ke pangkalan gas subsidi, hanya mengijinkan pembelian satu tabung, sebelum membuktikan kebenaran, Budi memiliki UMKM.

Tidak lama, seorang perempuan setengah baya, istri Budi, bergegas keluar. Dia kemudian menemui robongan William. Sementara Budi terlihat menuju tempat masak dan membolak-balik daging ditempat pemanggangan, tepat diatas kompor gas.

“Kami bukan mau jual gas. Kami pakai memasak di warung. Per hari bisa habis tiga tabung gas. Tidak bohong kami pak. Bapak lihat lah. Ini untuk warung rumah makan,” kata istri Budi kearah William.

William kemudian terlihat mengamati bangunan kecil dengan lebar sekitar 4 meter itu. Dia kemudian masuk kedalam, melewati tempat lauk berupa daging panggang, goreng dan jenis masakan lainnya dipajang. Setelah melihat kegiatan memasak didalam, dia kemudian keluar.

Willi kemudian mengamati bangunan itu dari luar. Di dinding luar terlihat papan nama warung. Ada juga kain spanduk dengan tulisan, RM Hobass Bakmie, berikut menu yang tersedia. Kemudian di papan nama disamping spanduk, tertulis RM Hobass, menjual daging segar.

“Tidak cukup satu tabung per hari pak. Bapak lihat sendiri lah. Kami pernah tidak jualan tiga hari karena tidak ada gas,” sambungnya.

Setelah melihat langsung warung makan itu, Wiiliam akhirnya setuju membantu, untuk menyuplai gas 3kg. “Oke bu. Nanti kita bantu. Nanti gasnya langsung didistribusikan kesini, untuk warung ini. Jangan dibeli lagi dari pangkalan ya bu. Yang dipangkalan, biar untuk rumah tangga saja,” kata William, yang disambut Budi dan istrinya.

Himbauan William itu didasarkan pada kebutuhan warga disekitar pangkalan elpiji non subsidi, Ruko Tembesi Poin. Dimana, elpiji dipangkalan Junus, dimaksudkan untuk warga perumahan. Namun pada kenyataannya, banyaj warga penghuni ruli disamping belakang ruko membeli elpiji dari pangkalan gas Junus. Kondisi itu dikhawatirkan, menyebabkan kekurangan stok gas di perumahan yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasi warung makan Hobass.

Sementara untuk warung milik Budi, William menjadikan bantuan lain. Pertamina memberikan bantuan, untuk mempercantik warung itu. Meja makan dipercantik dengan dicat. Kemudian dinding yang akan dicat warna pink, Didalamnya diberikan gambar elpiji non subsidi, Bright Gas 5,5 kg.

“Dibantu peralatan makan, meja, menu makanan dan warung dicat. Dinding dibantu dicat dengan (gambar) branding Bright Gas. Kita kasih nuansa Bright Gas, termaksud kita bantu ganti 3kg, dengan bright gas-nya,” sambung William, yang disambut antusias pemilik warung itu.

Kegiatan Pertamina Kepri yang menelusuri pelanggaran pemanfaatan elpiji 3kg, berhasil dimanfaatkan William dan rekan-rekannya, sekaligus melakukan sosialisasi gas non subsidi. Mereka melakukan upaya untuk membumikan gas elpiji non subsidi, Bright Gas, melalui pemilik usaha yang banyak didatangi pelanggannya.

“Kita bantu pemilik warung, sekaligus kita sosialisasikan energi non subsidi. Sehingga penggunaan gas non subsidi, terus berkembang,” harap William, sebelum meninggalkan lokasi warung itu.

Setelah mencapai sepakat untuk kerjasama saling membantu mendorong pemanfaatan elpiji pink, William dan rombongan, kemudian bergerak melakukan sidak, menuju warung-warung simpang lampu merah Tembesi, kearah Jembatan Barelang. Jika sebelumnya, kerap ditemukan warung mengecer gas melon, kali ini sudah tidak ditemukan. Itu setelah Pertamina kerap melakujan sidak terhadap pengecer gas, untuk menemukan pangkalan nakal.

Petugas Pertamina saat meninjau warung milik pengguna gas subsidi, sebelum ditawarkan non subsidi dan bantuan percanti tempat usahanya di Tembesi, Batam

Dorong Gunakan Gas Pink dan Tindak Pangkalan

Sesaat meninggalkan wilayah Tembesi, Kecamatan Sagulung, dia memberikan pesan kepada petugas Pertamina dilapangan, yang mendampinginya hari itu. Diminta agar pangkalan-pangakalan gas elpiji itu terus diawasi. Sehingga tidak menimbulkan kelangkaan, karena penyalahgunaannya, elpiji.

Pengawasan diminta ditingkatkan, karena saat menyambangi pangkalan elpiji 3kg, region 1 gas domestik, milik Junus, tempat Budi membeli gas, ditemukan banyak warga membeli lebih satu tabung gas subsidi. Terpampang di pangkalan gas milik Junus, terpampang harga jual gas subsidi, Rp18 ribu.

Saat disambangi, warga yang membeli gas subsidi, mengaku membeli dengan harga, sesuai tercantum. Namun, sekitar 20 menit rombongan Pertamina di pangkalan itu, hampir semua dari sekitar tujuh warga yang datang, membawa dua sampai empat tabung gas.

Selain jumlah tabung gas lebih dari satu, ada beberapa pembeli, yang bukan warga diperumahan disana. Mereka mengaku dari warga rumah liar (ruli) didekat perumahan itu. Warga juga mengaku kepada pihak Pertamina, mereka membeli gas lebih dari satu tabung, dimaksudkan untuk cadangan.

Atas kondisi itu, William menegaskan agar Jumus mengikuti aturan. Warga juga diminta ikut aturan dan tidak perlu khawatir, karena stok elpiji 3 kg, cukup. Kekhawatiran warga, diikuti langkah menyiapkan cadangan, dinilai menjadi penyebab kelangkaan. Sehingga rombongan dari Pertamina meminta warga, hanya boleh membeli satu tabung elpiji.

“Maaf yang pak, bu. Sesuai kuota ya, satu keluarga, satu tabung gas. Kalau pakai stok atau cadangan, malah menimbulkan kelangkaan,” tegas William.

Sementara untuk warga ruli yang membeli gas elpiji di pangkalan gas Junus, Pertamina akan menyiapkan langkah. Namun, saat ini distribusi gas di Batam, sekitar 36.760 tabung per hari. “Nanti kita akan ambil sikap. Apakah membuka pangkalan di ruli itu, atau menambah kuota di pangkalan Junus,” bebernya.

Dengan tegas diminta, agar Junus tidak bermain-main dengan kuota gas, serta harganya. William bahkan sempat menunjukkan sikap tegas Pertamina, dengan intruksi mengganti pangkalan elpiji 3kg disana.

“Kalau nanti bapak itu (Budi) tidak terbukti punya warung nasi, ganti pangkalan gas itu. Cari saja dekat ruko itu, untuk pangkalan gas gantinya,” tegas William kearah pengawas lapangan Pertamina yang mendampinginya.

Langkah tegas diambil Pertamina Kepri, karena keluhan kelangkaan elpiji di Kecamatan Sagulung dan Batuaji. Sementara distribusi elpiji diakui, dilakukan tiap hari. Setiap pangkalan elpiji, menerima 60 tabung.

“Tidak ada hari kosong distribusi. Tiap hari distribusi. Sebelumnya tidak ada masalah. Sudah ada daftar warga yang memiliki hak. Tapi kadang ada pangkalan main. Dijual ke pengecer dan pengecer menjual diatas het,” cetusnya.

Tiap hari, stok elpiji 3kg di Sagulung dan Batuaji diakui, sekitar 10 ribu tabung. Jumlah itu dinilai cukup, sesuai data konsumen warga miskin. Namun belakangan, ada keluhan kelangkaan. “490 pangkalan di Batuaji dan Sagulung. 10ribu tabung per hari, didstribusikan. Tapi ada pangkalan nakal,” sambungnya.

Pangkalan nakal itu juga diakui sudah terbukti. Sehingga pihaknya dari Pertamina, mengambil sikap tegas, dengan menutup tiga pangkalan elpiji, di Sagulung dan Batuaji. “Tiga pangkalan sudah diberikan sangsi. Kuota pangkalan itu dialihkan sementara kuota ke pangkalan lain. Ada juga yang dicabut ijin pangkalannya,” bebernya.

Sebelum mengakhiri pernyataannya, William mengajak keluarga di Batam untuk beralih dari gas subsidi, ke non subsidi. Disampaikan juga ajakan dalam rangka meramaikan Hari Belanja Nasional (Harbolnas 2019), 11 November 2019, untuk pembelian refill Bright Gas family varian 12kg, 5,5kg dengan diskon 50 persen.

“Buat kamu yang belum punya atau konsumen baru, ada discount Rp 35.000 untuk pembelian tabung Perdana Bright Gas 5,5kg. Yuk tunggu apa lagi, segera kunjungi www.klikindomaret.com,” himbau William.***

Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *