Kemarau, Air Bersih Mulai Digilir 15 Maret

oleh -

BP-ATB Siapkan Hujan Buatan Hingga Pompa Air dari Tembesi ke Mukakuning

BATAM – Badan Pengusahaan (BP) Batam bersama PT ATB menyiapkan langkah antisipasi terhadap ancaman krisis air akibat musim kemarau berkepanjangan.

Jika tidak diantisipasi, maka 6 Juli 2020, Dam Duriangkang yang menyuplai 70 persen air di Batam akan shut down. Kini, disiapkan langkah rationing atau penggiliran, memompa air dari Waduk Tembesi, hingga menyiapkan hujan buatan.

Direktur Badan Usaha Fasilitas dan Lingkungan Binsar Tambunan, didampingi Head of Corporate Secretary ATB, Maria Jacobus, Kamis (5/3), membeberkan gambaran kondisi air di Batam. Biasanya tinggi air di Duriangkang 7,5 meter, kini sekitar 3,5 meter.

”Sekarang di Batam sangat kekurangan air hujan atau air baku. Kita mengantisipasi kondisi curah hujan,” kata Binsar.

Dijelaskannya, langkah yang disiapkan, mengantisipasi kelangkaan air adalah rationing atau penggiliran dengan melibatkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Selain itu, dijadwalkan minggu depan, akan membicarakan dengan BPPT untuk menggunakan teknologi modifikasi cuaca penerapan teknologi TMC BPPT.

”Mereka sudah pernah melakukan dari tidak hujan menjadi hujan dengan menambah garam untuk mengubah arah angin,” ungkap dia.

Kata dia, kajian pemilihan teknologi buatan membutuhkan biaya lebih murah, atau sekitar Rp100 juta. Nanti akan dilakukan teknologi untuk menangkap air hujan agar tidak jatuh ke laut. Dibutuhkan pelaksanaan kajian selama 14 hari kerja.

”Kita akan melakukan kajian secara cepat untuk mengambil sikap,” tegasnya.

Bikin Pompa Tembesi ke Mukakuning Butuh Rp45,7 Miliar

Langkah lain yang disiapkan dengan memompa air dari Dam Tembesi. Saat ini, Dam Tembesi sudah disiapkan untuk dikelola. Namun lelang pengelolaan belum dilakukan. Sehingga, air di Dam Tembesi belum bisa dimanfaatkan. Dengan kondisi air Batam krisis, maka direncanakan memompa air dari Tembesi ke waduk terdekat.

”Kita siapkan langkah pemompaan air baku dari Waduk Tembesi ke Waduk Mukakuning,” ungkapnya. Saat ini, Waduk Tembesi sudah berisi air. Jika dipompa ke waduk lain, maka waduk terdekat ada di Mukakuning. Jika itu dilakukan, maka bisa menghasilkan air bersih sekitar 660 meter kubik per detik. ”Waduk Tembesi sudah berisi penuh. Ini sedang kaji. Untuk program ini,” katanya.

Dijelaskannya, jarak antara Dam Tembesi ke Dam Mukakuning sekitar 2,9 Km. Dibutuhkan pompa sebanyak dua untuk memenuhi suplai air ke Dam Mukakuning. ”Biaya cukup besar. Pipa perlu pengadaan 800 mm. Kontruksi, perkiraan biaya Rp45,7 miliar,” terangnya.

Namun untuk kepastian rencana itu, mereka akan membicarakan dengan pihak ATB. Setidaknya, jika dipandang mendesak, maka langkah itu akan diambil, sambil menunggu pembangunan fasilitas, seperti WTP di Tembesi dan lelang pengelolaan.

”Harga tadi sudah termasuk pipa, pompa, listrik dari PLN, genset dan ponton. Nanti akan kita bicarakan dengan ATB. Kalau membangun WTP dan lelang, butuh 1,5 tahun. Makanya mengirim air baku dari Waduk Tembesi ke Mukakuning,” imbuh dia.

Namun jika pengiriman air dari Tembesi melalui pipa ke Dam Mukakuning jadi dilakukan, kekurangan air tidak besar.

”Itu karena volume air di Dam Tembesi sekarang, melimpah. Nanti akan kita lihat. Tapi nanti membangun pipa, tapi ATB yang mengolah dan mendistribusikan,” imbuh dia.

Langkah antisipasi diakui penting mereka siapkan, karena kondisi air di Batam sudah mengkhawatirkan. Saat ini, BP dan ATB hanya punya waktu 10 hari mengambil langkah, sebelum rationing atau jadwal penggiliran. Sehingga kemungkinan rationing tak terhindarkan.

”Maka kami mengimbau pelaksanaan doa bersama di setiap unsur masyarakat di rumah ibadah, sekolah, kantor-kantor. Pelaksanaan Jumat 6 Maret 2020 dan distribusi leaflet imbauan doa bersama minta hujan,” imbau Binsar.

Diingatkan, Dam Duriangkang memasok sekitar 70 persen air bersih di Batam. Kemampuannya sekitar 3.850 meter kubik per detik. Sementara saat ini, Kondisi permukaan di enam waduk di Batam, mengalami penurunan.

”Sebagai gambaran, hampir semua waduk mengalami penurunan 2-3 meter. Duriangkang mengalami penurunan 3 meter. Per hari penurunan 2 Cm,” ujar dia.

Bahkan, Duriangkang pada level tertentu akan mengalami shutdown atau tidak beroperasi dan tutup. Sementara saat musim hujan, penambahan air di Duriangkang tidak signifikan. Bila hujan, air di Duriangkang akan naik 3 Cm.

”Makanya kita mengimbau semua pihak bekerjasama. Kurangi penggunaan air. Hemat air,” imbaunya mengakhiri.

Dampak Duriangkang Dirasakan 228.900 Pelanggan

Ditempat sama, Head of Corporate Secretary PT Adhya Tirta Batam (ATB), Maria Jacobus mengatakan, langkah lain, dengan rationing air.

Dimana, untuk langkah awal, penggiliran air dilakukan dilakukan dengan dua hari air mati dan lima hari hidup. ”Jadi rationing di Piayu, Mukakuning, 15 Maret. Dua hari off dan lima hari on,” ungkap Maria.

Kata dia, kondisi itu terjadi karena curah hujan rendah. Sementara penggunaan air di Batam terus naik. Termasuk kontribusi daerah serapan air yang terganggu oleh warga sekitar. Sehingga air di Duriangkang turun sekitar -3,06 meter, hingga 3 Maret.

”Sehingga, Piayu dan Mukakuning gangguan nanti. Tapi Duriangkang total shut down saat air sudah -5 meter. Di angka itu, WTP Duriangkang akan meminta tidak beroperasi lagi,” tegas Maria.

Kata dia, keberadaan Dam Duriangkang sangat signifikan mendukung air bersih di Batam. Dimana, dengan distribusi 70 persen, Dam Duriangkang menyuplai pelanggan hingga 228.900 pelanggan ATB.

”Jika tidak bersama-sama kita sikapi, maka 228.900 pengguna akan berdampak,” ujar dia mengingatkan.

Menurutnya, penggiliran dilakukan untuk memperpanjang umur DAM, hingga 6 Juli 2020. Tanpa penggiliran, bertahan hanya 13 Juni 2020. Dari 228.900 pelanggan, sebanyak 196 ribu terdampak, komersial 30 ribu dan industri 3.290 terdampak.

”196 ribu dari 280 ribu yang terdampak, itu sama dengan 82 persen total dari semua pelanggan domestik di Batam. Kemudian, yang pelanggan komersil 89 persen dari total komersil di Batam. Serta untuk industri, jumlahnya 98 persen dari industri di Batam,” imbuhnya.

Sementara lokasi pelanggan yang terdampak rationing, terdampak di 17 lokasi pelanggan. Sebagai saran, maka diminta agar BP memberikan edukasi hemat air dan sosialisasi secara proaktif.

Kemudian sosialisasi penggiliran 2 hari off dan 5 hari off. Post rationing, recovery program semua dan pengendalian ruli. Tembesi carsh program pembanguan IPA dan jaringan distribusi.

”Kemudian, penting dilakukan screening pelanggan industri dan komersial, misalnya pabrik plastik. Jadi penting melihat pelanggan yang menggunaakan banyak air, terutama pabrik plastik, karena kita mengalami keterbatasan air,” imbau Maria. (adv)

Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *