BATAM – Provinsi Kepri mengalami inflasi, Juni 2020. Inflasi bulanan sebesar 0,05 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan Mei 2020 yang mengalami inflasi sebesar 0,15 persen (mtm). Inflasi itu, salah satunya terdampak penurunan harga cabai merah dan bawang merah. Saat ini pasokan lancar, namun permintaan dari hotel dan rumah makan turun.
Demikian disampaikan Wakil Ketua TPID Kepri, Musni Hardi K Atmaja, Senin (6/7) di Batam.
”Bawang dan cabai menyumbang inflasi, seiring lancarnya pasokan dan turunnya permintaan dari segmen hotel dan rumah makan,” kata Musni.
Dijelaskan, secara spasial pada Juni 2020, Batam dan Tanjungpinang tercatat mengalami inflasi masingmasing sebesar 0,06% (mtm), dan 0,09% (mtm). Komoditas utama penyumbang inflasi di Batam adalah angkutan udara, beras, rokok kretek filter dan telur ayam ras.
”Sementara komoditas utama penyumbang inflasi di Tanjungpinang, daging ayam ras ikan tongkol, ikan caru dan ikan selar,” ujarnya.
Diakui, meningkatnya inflasi pada beberapa komoditas ikan segar di Tanjungpinang, terjadi seiring dengan berkurangnya pasokan ikan akibat cuaca yang kurang kondusif. Sementara di Batam, secara tahunan, inflasi tercatat sebesar 0,33% (yoy), dan inflasi di Tanjungpinang sebesar – 0,32% (yoy).
”Lebih rendah dari bulan sebelumnya. Inflasi di Kepripada Juli 2020 diperkirakanmasih terkendali pada kisaran yang rendah,” beber Musni.
Diakui, untuk Kepri, komoditas utama penyumbang inflasi pada Juni 2020adalah angkutan udara, beras dan rokok kretek filter. Sementara itu inflasi Nasional tercatat 0,18% (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,07% (mtm).
”Secara tahunan, inflasi Kepri pada Juni 2020 tercatat 0,24% (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,52% (yoy) maupun inflasi Nasional sebesar 1,96% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, inflasi Kepri pada Juni 2020 masih berada di bawah kisaran sasaran inflasi tahun 2020 sebesar 3 ± 1% (yoy),” harapnya.
Dibeberkan, inflasi di Kepri pada Juni 2020 utamanya bersumber dari peningkatan harga pada kelompok transportasi. Meski tertahan penurunan harga pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
”Kelompok transportasi pada Juni 2020 tercatat mengalami inflasi 1,54% (mtm) dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,19% (mtm),” harapnya.
Diakui, komoditas utama penyumbang inflasi kelompok transportasi adalah angkutan udara yang mengalami inflasi 12,15% (mtm). Dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,16% (mtm). Itu seiring meningkatnya aktivitas penerbangan meski dengan kapasitas kursi yang masih dibatasi.
”Tapi inflasi Kepri pada Juni 2020 tertahan oleh deflasi pada kelompok perawatan pribadi dan jasalainnya sebesar -1,73% (mtm) dengan andil sebesar -0,12% (mtm),” urainya.
Kemudian, adapun komoditas utama penyumbang deflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan yang mengalami deflasi – 7,16% (mtm) seiring penurunan harga emas di tingkat global. Selain itu,kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga tercatat mengalami deflasi sebesar -0,24% (mtm) dengan andil terhadap deflasi sebesar – 0,07% (mtm).
”Di mana komoditas utama penyumbang deflasi yakni cabai merah dan bawang merah,” imbuh Musni.
Pada kesempatan itu, Musni mengingatkan risiko inflasi yang perlu diwaspadai. Seperti tarif angkutan udara berpotensi meningkat seiring penerapan aturan kenaikan sementara tarif batas atas untuk mengkompensasi pembatasan kapasitas. Kemudian curah hujan yang diperkirakan meningkat.
”Kemudian harga emas perhiasan yang berpotensi meningkat seiring koreksi outlook ekonomi global dari beberapa organisasi/lembaga keuangan,” ujar dia.
Ke depan TPID akan difokuskan pada aspek kelancaran distribusi dan ketersediaan pasokan. Hal itu untuk mengantisipasi peningkatan permintaan ditengah pelonggaran aktivitas masyarakat. Untuk menjaga kelancaran pasokan dan ketersediaan barang, TPID Kepri akan menjalin kerjasama antar daerah.
”Kita akan mendorong pemasaran bahan pangan secara online antara lain melalui Pasar MitraTani yang dilaunching oleh TPID Kepri. Juga Gerai Tani Online Tanjungpinang. Pemasaran secara online tersebut diharapkan dapat mengefisienkan tata niaga bahan pangan,” harap Musni mengakhiri. (mbb)