Tapi Efisien dan Terhindar dari Spekulan Gas
Laundry Edelweiss dan Laundry Kla Wash dua usaha laundry dengan pelanggan besar di Batam. Pelanggan mereka mulai villa, hotel, resort hingga spa. Laundry beda bendera atau perusahaan ini, memilih jalan berbeda, menikmati energi murah, dari gas bumi, yang didistribusikan PGN. Jika Edelweiss memilih jaringan gas bumi pipa kategori komersil, Kla Wash memilih Gaslink (CNG).
Laporan, Martua P Butarbutar, Batam
Pemilik Laundry Kla Wash, Abdul Maliq harus menunggu lama, untuk bisa menikmati gas bumi, bagi usahanya. Malik membangun usahanya, dibawah naungan CV Kla Sejahtera Abadi. Laundry ini melayani cuci gosok, sprei, bed cover, selimut, handuk, hingga pakaian. Mereka menggunakan gas bumi untuk pengering dan mesin setrika.ย
Laundry Kla Wash sendiri, merupakan pelanggan gaslink pertama di Batam. Mesin setrika berukuran jumbo itu menggunakan tenaga panas, yang dihasilkan gas bumi, ke flatwork ironer atau roll setrika. Maliq mengawasi proses yang dijalankan stafnya.Setiap sprei, handuk, selimut dan lain, yang terlihat kusut, dibentangkan.
Kemudian dimasukkan ke mesin. Kedua karyawan itu lalu menarik kain secara perlahan, mengikuti perputaran mesin roll setrika. Saat ditarik, sprei itu sudah kondisi rapi. Kemudian, pegawai lain melipat dan menumpuk berdasarkan nama hotel pemesan.
Semua dikerjakan di Laundry Kla Wash, yang beralamat di Ruko di Bukit Golf Blok D2 no 13-14, Sei Panas, Batam. Di ruko itu juga, Malik bersama karyawannya, sejak tahun 2016, menunggu gas tersalurkan, melalu pipa PGN. Dengan sabar, Maliq menunggu energi murah itu disalurkan ke Sei Panas.
Tekad dan impiannya saat itu, menggunakan gas bumi, karena bukan gas subsidi. Walau bukan gas subsidi, tapi harga jauh lebih murah dibanding, gas non subsidi. Impian itu terus hadir dibenaknya, sebelum akhirnya, Februari 2019, PGN mewujudkannya.
Impian Maliq menemui titik terang, saat PGN menawarkan Gaslink. Dimana, Gaslink disalurkan dengan menggunakan teknologi gas transportation module (GTM) dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG). Metode distribusi gas bumi ini disebut Gaslink.
Sebelum pemasangan Gaslink dilakukan, PGN mensosialisasikan ke pelaku usaha di Batam, Desember 2018. Termaksud diantaranya, Kla Wash.Setelah mendengar penjelasan pihak PGN, Maliq langsung mengambil keputusan penting, untuk usahanya.
Walau gas bumi tidak disalurkan melalui pipa, namun diyakini jika Gaslink akan efisien dan efektif, bagi usahanya. Berkat penjelasan pihak PGN dan keyakinanya atas penjelasan PGN, dia kemudian mendaftarkan usahanya. Pilihannya jatuh untuk Gaslink, karena sinyal pembangunan gas pipa ke Kelurahan Sei P,anas, belum muncul.
Dimana, sebelum kehadiran gaslink, Laundry Kla Wash, menggunakan elpiji subsidi, 3kg. Selama usahanya menikmati elpiji subsidi, rasa bersalah selalu muncul. Terutama saat terjadi kelangkaan elpiji 3kg. Namun disisi lain, Maliq juga selalu khawatir, distribusi elpiji subsidi macet, karena ada kelangkaan.
Dirasakan, kelangkaan gas menjadi ancaman serius, karena pengoperasian mesinnya bisa berhenti. Kekhawatiran tidak hanya muncul saat hari besar keagamaan dan akhir tahun. Namun setiap akhir pekan, tepatnya Sabtu dan Minggu. Dimana, orderan laundry pada akhri minggu selalu meningkat, seiring tingkat hunian hotel di Batam selalu meningkat.
“Kalau sudah akhir pekan, hari libur serta hari raya keagamaan, kami kerap kesulitan mendapat gas subsidi,” kata Maliq saat ditemui ditempat usaha laundry-nya, Senin (18/11).
Saat ditemui pagi itu, Maliq sedang memantau kegiatan anak buahnya. Diantara karyawannya, dua orang yang menjalankan mesin setrika, satu orang mengoperasikan mesin pengering berkapasitas 80 kg yang dioperasikan. Tiga orang lainnya, melipat dan mengumpulkan kain-kain itu.
Terlihat juga seorang petugas yang mencatat penggunaan gas bumi laundry Kla Wash. Tepat dekat box gaslink itu, terparkir mobil box milik PGN, berisi gas link. Pagi itu, jadwal petugas PGN, melakukan pengisian gas bumi untuk memenuhi kebutuhan Kla Wash. Terlihat juga Area Head PT Gagas Energy Indonesia, Tria Siswandi, yang memantau kegiatan distribusi gas bumi disana.
Kondisi ini yang kemudian memaksa pihaknya memesan gas subsidi ke spekulan. Namun resiko yang harus diterima, harga gas tentunya jauh diatas harga normal. Jika harga normal elpiji 3kg, harganya Rp18 ribu, melalui spekulan bisa sampai Rp26 ribu per tabung.
“Makanya sudah tekadku, beralih dari elpiji. Merasa bersalah juga, kalau pas gas 3kg langka. Kadang warga ada lewat didepan ruko ini, menenteng tabung elpiji 3kg dan mencari gas,” ujarnya.
Diakui, sejak buka usaha tahun 2010, mereka memilih menggunakan elpij subsidi, untuk menghindari kerugian. Per hari dia pakai 20 tabung elpiji 3kg. Jika dia beralih ke gas non subsidi dengan tabung 12 kg atau lebih, dia akan merugi. Jika tidak ingin rugi, harga laundry harus dinaikkan. Namun itu akan menurunkan daya saing usahanya.
“Harga elpiji 12 kg itu mahal. Kalau sampai elpiji 3kg kosong, kami terpaksa ke gas 12 kg. Tapi itu hanya untuk menjaga pelanggan. Sekarang, pilihan kami ke gas bumi. Gaslink ini harga sedikit diatas elpiji subsidi, tapi dia jauh lebih murah dari elpiji non subsidi 12 kg,” ujar dia beralasan.
Sempat Berencana Pindahkan Usahaย
Sebelum Gaslink mengalir ke usaha laundry-nya, sempat terlintas dibenaknya, untuk memindahkan usahanya ke Batam Centre. Saat itu, daerah Batam Centre, sudah dialiri gas bumi. Namun rencana itu akhirnya dibatalkan. Pertimbangan utama tidak memindahkan usaha, karena pelanggan sudah akrab dengan lokasi usahanya di Sei Panas.
“Usaha saya sudah di Sei Panas ini sejak tahun 2010. Kalau saya pindahkan ke Batam Centre, pelanggan bisa hilang. Pelanggan sudah akrab dengan usaha kami disini,” ujar Abdul Maliq beralasan.
Diakui, CNG lebih murah dibanding gas elpiji non subsidi, sekitar 20 sampai 30 persen. Namun dibanding elpiji subdi, CNG lebih mahal sedikit. “Kalau dibanding gas non subsidi, lebih murah. Tapi paling penting, kita tenang menggunakan. Tidak ada beban pikiran,” sambungnya.
Kini, dia tidak perlu was-was atas stok gas. Tidak merasa bersalah atas warga miskin yang mengalami kelangkaan gas, setelah berpindah ke gaslink. Kapanpun dia butuh, gaslink selalu tersedia.
“Kini kami terhindar dari spekulan. Dengan gas bumi, harganya juga flat (sama). Berapa pun kita pesan, harga tetap sama dan tidak ada kendala,” ungkapnya.
Ditanya konsumsi gas bumi di Laundry Kla, perbulan mereka menghabiskan sekitar 3 ribu meter kubik. Mereka beroperasi 24 jam, untuk menyelesaikan pesanan pelangganya. Untuk tarif, mereka menggunakan hitungan per lembar. Rata-rata biaya laundry, Rp2 ribu perlembar. Namun diakui juga ada harga Rp5 ribu per lembar.
“Harga cuci setrika, selimut, sprey, itu beda-beda,” terangnya.
Untuk menyelesaikan pesanan pelanggannya, Malik dibantu 17 orang karyawan. Jumlah karyawan bertambah dibanding sebelum mereka menggunakan gas bumi. Penambahan karyawan karena jumlah pelanggan mereka bertambah.
“Dulu, dibantu sekitar 10 orang karyawan. Sekarang bertambah, karena pesanan juga meningkat,” ujar dia.
Sementara untuk kebutuhan Gaslink, sekarang, mereka menggunakan sekitar 100 bar per hari. Mereka mengeluarkan dana dari kas sekitar Rp25 juta per bulan. “Lebih mahal sedikit saja dibanding elpiji subsidi. Tapi sekarang, dengan Gaslink, sudah tenang dan nyaman,” katanya.
Masih Berharap Gas Bumi Jaringan Pipa
Kini, dengan leluasa Kla Wash menggunakan gaslink untuk pengoperasian mesin pengering. Api dari pipa gaslink terus nyembur diatas mesin pengering yang disebut dengan barner. Namun, ditengah pasokan energi lewat Gaslink itu, Malik masih berkeinginan, mendapat gas bumi melalui jaringan pipa.
“Saya berharap jaringan pipa. Tapi karena belum ada, maka saya pilih CNG. Saya masih tetap menunggu gas pipa. Kalau sudah masuk ke Sei Panas, kami akan pindah ke gas pipa,” ujarnya lagi.
Diyakini, gas pipa lebih murah, karena tidak menggunakan biaya distribusi tambahan, untuk mobil. “Kalau ini, kan CNG disupport mobil. Ada cost (biaya) tambahan untuk transportasi,” imbuh beralasan.
Area Head PT Gagas Energy Indonesia, Batam, Tria Siswandi yang meninjau distribusi Gaslink di Laundry Kla Wash mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan Kla Wash, setiap hari pihaknya menyuplay gas bumi kesana. Sekali isi, bisanya 140 atau 150 bar per hari. Sementara daya tampung gaslink, sekitar 190 bar.
Saat ini diakui, jumlah pelanggan Gaslink di Batam sudah ada 10 tempat usaha. Konsumsi gas bumi, khusus pelanggan Gaslink, sekitar 40 ribu meter kubik, per bulan. Ditargetkan, hingga akhir tahun 2019 nanti, ada 12 pelanggan Gaslink.
“Target kita akan tercapai. Karena November dan Desember ini, sudah ada dua pelanggan baru yang bersiap untuk pemasangan Gaslink,” beber Tria.
Laundry Edelweiss Terbantu Gas Pipa
Jika Laundry Kla Wash menikmati gas bumi melalui Gaslink, berbeda dengan Laundry Edelweiss. Laundry Edelweiss, menikmati gas bumi, melalui jaringan pipa gas. Usaha laundry itu sendiri, saat ini beroperasi di kawasan terpadu, Panbil, Mukakuning. Tepatnya di lantai dasar, Hotel Best Western (BWP) Panbil.
Saat didatangi, Manager Laundry Edelweiss, Muhlis, terlihat memantau kegiatan karyawannya. Saat disapa, senyum kecil Muhlis, mengembang. Pegawai PGN Batam, Abrar juga terlihat disana. Aktivitas Akbar, tidak lepas dari kegiatan mesin laundry Edelweiss, yang menggunakan gas bumi pipa.
Saat itu, pekerja yang mengoperasikan mesin laundry, merupakan pekerja yang masuk sore. Dimana, Laundry Edelweiss menerapkan sistem tiga sift. Karyawan bekerja secara bergantian selama 24 jam. Dimana, Edelweiss mempekerjakan sekitar 30 orang karyawan perusahaan laundry itu. 24 orang dari mereka, merupakan pekerja kontrak dan 16 sebagai pekerja permanen.
Laundry Edelweis, merupakan satu-satunya usaha laundry di kawasan terpadu itu. Dimana di kawasan industri Panbil itu, perusahaan-perusahaan industri elektronik, pertokoan, Plaza Panbil, Hotel BWP berikut restorannya, Apartemen Pabil dan Villa Panbil.
Untuk hotel BWP, setiap hari orderan mulai selimut, sprei, handuk dan sarung bantal mereka terima. Ada juga pesanan laundry dari apartemen dan Villa Panbil. Penghuni Villa Panbil juga hampir tiap hari ada orderan laundry. Terutama dari penghuni Villa Panbil yang menjadi petinggi perusahaan-perusahaan di kawasan industri Panbil dari negara Eropa, Amerika Seikat, Jepang, Korea dan lainnya.
Diluar kawasan itu, pelanggan mereka ada enam apartemen dan hotel berbintang di Batam. Sisanya, hotel-hotel kecil atau non bintang. Termaksud pelanggan laundry dari usaha spa di Batam.”Sekarang beberapa spa di Batam juga sudah menggunakan laundry disini. Makanya, karyawan tiga sift. Pagi, sore dan malam,” beber Muhlis.
Jumlah pelanggan mereka terus bertambah, seiring pertumbuhan usaha kepariwistaan. Usaha kepariwisataan seperti hotel, resort dan apartemen bertambah, seiring pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara di Batam.
Selama tiga tahun menggunakan gas bumi, diakui distribusi gas selalu lancar. Itu yang digunakan, Laundry Edelweiss untuk membakar steam, mesin setrika. Gas bumi disalurkan ke mesin setrika, dalam bentuk energi panas. Selain itu, gas bumi juga digunakan untuk mesin pengering.
“Dengan gas bumi pipa ini, kami nyaman. Tidak ada gangguan distribusi gas. Kami mendapat pasokan yang kontiniu melalui jaringan gas,” beber Muhlis.
Walau sistem distribusi gas ke Laundry Edelweiss, berbeda dengan Kla Wash, namun poin penting daya tarik gas bumi, bagi mereka. Harga gas bumi lebih murah dari elpiji. Kemudian, mereka terhindar dari spekulan, yang membuat harga elpiji untuk komersil, tidak stabil.
“Pastinya, harga gas elpiji non subsidi, jauh diatas gas bumi. Karena dulu kami pakai elpijoi 50 kg,” ujarnya.
Untuk lebih meyakinkan pernyataannya, Muhlis mengajak TANJUNGPINANG POS, kearah dinding gedung laundry itu. Disana tertempel laporan bulanan dan tahunan, penggunaan gas bumi di Laundry Edelweiss.
Diatas kertas itu, tertulis data yang memuat penggunaan gas bumi, tahun 2017, tahun 2018 dan penggunaan Oktober 2019. Pada tabel dikertas itu, tertulis juga harga per meter kubik. Kemudian biaya yang harus dibayarkan usaha laundry itu per meter kubik, ke PGN.
Dari data itu, tercantum total biaya per bulan, tahun 2017, sebagai tahun pertama berlangganan. Perusahaan laundry itu membayar sekitar Rp20-an juta per bulan. Kemudian tahun 2018, pembayaran mereka naik sekitar Rp26 juta-an per bulan. Kenaikan pembayaran terjadi, seiiring kenaikan pelanggan mereka.
Demikian dengan pembayaran tahun 2019 yang juga naik, seiring pertumbuhan pelanggan mereka. Dari data itu, terlihat awal Oktober 2019, meteran gas bumi mereka tercatat sebanyak 211.234,83 meter kubik. Kemudian akhir Oktober 2019, meteran menunjukkan, 218.527,94 meter kubik.
Sehingga total konsumsi gas mereka sekitar 7.293 meter kubik. Disana juga tertulis, harga gas pipa, per meter kubik, Rp3.970. Kemudian, harga gas per meter itu, dikalikan dengan jumlah konsumsi gas. Diperoleh maka biaya gas bumi mereka, Rp28.953.647.
Namun, nilai itu belum termaksud pajak 10 persen atau Rp2.895.364,67. Sehingga, total biaya gas bumi yang mereka keluarkan untuk tagihan Oktober 2019, sekitar Rp 31.849.011. “Dibanding menggunakan gas tabung (elpiji), kami hemat 30 sampai 40 persen. Itu lumayan besar,” imbuh dia.
Target Konsumsi Lewat Gaslink dan Gas Pipa Tercapai
Terkait pertumbuhan pelanggan gas bumi di Batam, Sales Area Head PGN Batam, Wendi Puryanto membenarkan. Pertumbuhan itu juga diakui, tidak lepas dari model distribusi gas bumi di Batam, yang diperkuat kehadiran Gaslink.
Dimana, Gaslink menjadi solusi terbaik bagi dunia usaha di Batam. Khususnya yang belum mendapat distribusi gas melalui pipa gas. Bahkan tidak hanya di daerah pusat perkotaan dengan usaha yang banyak menggunakan gas bumi. Gaslink bahkan sudah digunakan usaha restoran dipinggir kota, tepatnya di Jembatan 1 Barelang.
Distribusi gaslink didukung tiga unit gaslink truck ukuran 10 feet dan satu unit ukuran lima feet. Peran untuk menyuplay gaslink sendiri, dilakukan PT Gagas Energi. Sementara distribusi gas melalui pipa gas maupun gaslink, dikontrol PGN melalui sistem online, yang didukung Gascom.
“Setiap saat bisa kami pantau distribusi gas di Batam, yang terus naik,” ujar Wendi.
Pada kesempatan itu, Wendi mengungkapkan kesiapan pihaknya, untuk mendukung kebutuhan industri hingga UMKM di Batam. “Kami juga siap membantu hotel, restoran, UMKM untuk mengembangkan usaha lewat gas bumi,” tegasnya.
Menyambut tahun 2020 mendatang, PGN dinyatakan, optimis dengan pertumbuhan pengguna dan konsumsi gas bumi di Batam. Hal itu tercermin juga dari pertumbuhan pelanggan dan konsumsi yang terus naik di tahun 2019 ini. Dimana, pelanggan PGN di Batam untuk retail, mencakup industri, komersil (hotel dan restoran), rumah tangga hingga pelanggan kecil (dibawah 1000 meter kubik.
Bahkan, hingga Oktober 2019, konsumsi gas bumi di Batam, sudah diatas target. Dimana, konsumsi gas bumi di Batam, sudah 107 persen dari target mereka. Pertumbuhan volume penggunaan, naik 9 persen dibanding tahun 2018. Sementara sambungan untuk retail, sudah sekitar 4.776 pelanggan.
Angka itu belum termaksud gas bumi yang disalurkan untuk pembangkit listrik Bright PLN Batam. “Konsumsi gas bumi di Batam, baik retail dan pembangkit listrik Bright PLN Batam, sekarang sudah mencapai rata-rata 70 BBTUD per bulan. Sementara target , 65 BBTUD,” kata Wendi.
Terkait dukungan gas bumi ini, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Batam, Ardiwinata mengapresiasi. Disebut, dukukungan PGN untuk dunia pariwisata sangat besar. Dukungan mulai restoran, hotel hingga, laundry sebagai supporting pariwisata, cukup besar.
ย Diharapkan, dukunga PGN itu dapat meningkatkan daya saing dan gairah restoran dan hotel di Batam. “Ketika restoran mendapat gas bumi yang efektif dan efisien, mereka seperti mendapat tambahan energi dalam memberikan pelayanan terbaik bagi wisatawan” harap Ardi.***