Oleh : Burhanuddin Nur
Sebutan Ayah Sani, lima tahun lalu tiba-tiba menusuk ke setiap hati masyarakat Kepri. Ya Ayah Sani, adalah sebutan untuk H.M Sani (alm) Gubernur Kepri yang menjadi calon petahana saat itu. Sebutan Ayah pada nama seorang H.M Sani memang tepat untuk menggambarkan ketokohan seorang ayah dengan ketenangan dan kelembutannya mengatur Kepulauan Riau.
Isdianto ada dimana? Isdianto adalah adik kandung Ayah Sani. Bahkan abangnya itu seakan telah menjadi ayahnya, karena dari kecil Isdianto dibesarkan oleh abangnya. Isdianto yang ASN tentu tak dapat membantu sepenuhnya dalam kerja politik seorang Ayah Sani. Ia menjaga aturan, meletakkan diri dengan benar bagaimana seharusnya menjadi independensi bagi seorang PNS. Sebab itulah namanya tidak begitu kental dalam mengikuti arus kerja politik Ayah Sani. Namun bukan berarti Isdianto buta politik. Dalam pertemuan silaturahim keluarga besarnya, Isdianto selalu dengan bijak memberikan masukan strategi-strategi yang bernas kepada abangnya Ayah Sani yang kemudian menjadi terobosan ikhtiar Ayah Sani menjalani kehidupan panggung politik di Kepulauan Riau.
Kini Isdianto, yang berada di belakang layar itu ditakdirkan menjadi Gubernur Kepri yang tanpa terencana namun takdir yang menghendakinya.
Bagaikan cerita politik 2015 berulang. Isdianto pula sekarang ini menjadi Gubernur Kepulauan Riau dan calon petahana di pilkada 2020. Yang berbeda Isdianto tidak mendapat sebutan sebagai Ayah. Ia menyadari karena perjalanan politiknya masih pendek namun ia ingin meneruskan cita-cita Ayah Sani yang masih panjang yang belum dapat almarhum tuntaskan.
Isdianto bukan hanya dalam bayang-bayang Ayah Sani. Namun Isdianto memastikan dirinya terus meneladani Ayah Sani dan ingin menjadikan dirinya bagaikan Ayah Sani dengan sepenuhnya mengabdi dengan hati untuk negeri kelahirannya.
Isdianto menjalaninya dengan tampil tenang, lembut, dan yakin. Tutur dan gesturnya tak ubah bagaikan Ayah Sani menjelma kembali.
Suatu waktu Isdianto pernah bercerita bahwa ia tau saat Pilkada 2015 itu, tak mudah Ayah Sani memenangkannya. Tungkus lumus dan doa yang tak pernah putus, selalu dilakukan. Keterbatasan dan kelemahan selalu nampak namun Ayah Sani selalu tersenyum menutup kegugupan. Kemenangan 2015 itu adalah kehendak Allah karena bila bicara hanya perjuangan tak dapat menggambarkan kemenangan. Demikian cerita Isdianto melukiskan susah payah Ayah Sani berjuang.
Saat ini Isdianto dalam keadaan yang sama. Dalam keterbatasannya Isdianto ingin mengulang kemenangan Ayah Sani menuntaskan cita-cita besar Ayah Sani melanjutkan pembangunan Kepulauan Riau.
Isdianto memang bukan Ayah Sani. Isdianto pun tidak akan bisa seperti Ayah Sani. Tetapi pemilih Ayah Sani dan masyarakat Kepri tau betul, bahwa Isdianto akan menjadi “Ayah Baru” untuk Kepulauan Riau, dengan membawa politik kesejukan yang santun.
Al Fatihah untuk Ayah Sani
Sungai Panas
18 Oktober 2020
Burhanuddin Nur