BATAM – PT. Adhya Tirta Batam (ATB) terus berupaya memberikan layanan terbaik di tengah keterbatasan sumber air baku. Namun, potensi krisis air baku harus tetap menjadi perhatian utama pemerintah.
Bergerak dibidang utilitas pelayanan air bersih di wilayah dengan keterbatasan sumber daya air baku, ATB sangat menyadari pentingnya melakukan berbagai upaya untuk turut serta menjaga ketersediaan air baku.
Untuk itu, ATB telah melakukan upaya efisiensi dalam hal pengelolaan air selama bertahun-tahun. Sehingga, walaupun sumber air baku di Batam sangat terbatas, masyarakat Batam masih bisa menikmati air bersih hingga hari ini.
Salah satu langkah konkrit yang dilakukan ATB adalah menekan angka kebocoran air. Angka kebocoran air ATB hanya 15 persen yang merupakan tingkat kebocoran terendah se-Indonesia.
Namun, efisiensi yang dilakukan ATB tidak akan cukup jika Batam tak kunjung mencari solusi untuk mengatasi masalah ketersediaan air baku. Setidaknya, ada 2 hal penting yang harus menjadi perhatian. Yakni, menjaga Daerah Tangkapan Air (DTA) di waduk-waduk yang telah ada, dan menambah cadangan sumber air baku baru.
“ATB sudah melakukan kewajibannya secara maksimal. Bahkan melebihi yang diwajibkan. Namun, apa yang kami lakukan tidak akan berguna bila kita tak menjaga sumber-sumber air baku di Batam,” ujar Head of Corporate Secretary ATB, Maria Jacobus.
Saat ini, kebutuhan air bersih di Kota Batam dipenuhi melalui 5 waduk milik pemerintah. Diantaranya Waduk Duriangkang, Mukakuning, Sei Harapan, Sei Ladi dan Nongsa. Waduk Duriangkang menopang 80 persen kebutuhan masyarakat kota Batam.
Namun, saat ini air di Waduk Duriangkang yang menopang kebutuhan air 228.900 pelanggan, telah menyusut hingga level -3,14 meter dibawah bangunan pelimpah. Jika air menyentuh level -3,4 meter di bawah banguna pelimpah, maka IPA Tanjung Piayu dan pompa intake yang menyalurkan air dari waduk Duriangkang ke IPA Muka Kuning akan berhenti beroperasi.
Sementara bila air telah menyentuh level -5,0 meter, maka seluruh IPA Duriangkang dengan kapasitas 2.200 liter juga akan berhenti beroperasi. Pada akhirnya, akan ada 228.900 sambungan pelanggan yang tak akan mendapat pelayanan air bersih. Perlu diketahui, saat ini level air di waduk konsisten mengalami penurunan sebesar 2 cm
“Mari sama-sama berharap agar pemerintah sebagai pemilik waduk memiliki langkah antisipatif jangka pendek dan jangka panjang. Jangan sampai Batam lumpuh karena tidak ada air,” tegas Maria.
Konsisi Waduk Duriangkang Bencana Terburuk
Kondisi waduk Duriangkang saat ini merupakan yang terburuk sejak waduk tersebut beroperasi. Apalagi, setiap hari level air di waduk turun 2 cm. Batam semakin dekat dengan ancaman krisis air baku.
Batam sebenarnya pernah melewati krisis air. Tepatnya Saat El Nino menerpa Batam tahun 2015 silam. Saat itu, Waduk Nongsa mengalami penyusutan paling kritis dan disusul oleh Waduk Sei Harapan. El Nino memperpanjang masa kemarau tahunan yang terus dialami Kota Batam di awal tahun.
Namun krisis itu mampu dilewati dengan berbagai skema penggiliran. Dampak bisa diminimalisir, karena Waduk Duriangkang sebagai penyuplai air terbesar di Kota Batam masih bisa diandalkan untuk mengantisipasi hal terburuk.
Kini, waduk yang menjadi andalan kota Batam itu yang terancam tumbang. ATB telah memberikan masukan kepada pemerintah sejak tahun 2015, agar segera mengambil langkah antisipatif guna meminimalisir potensi krisis.
“Kami sudah melihat bahwa kita akan mengalami potensi krisis air sejak 5 tahun lalu. Kami juga telah memberikan masukan. Sayangnya, belum ada langkah strategis yang dilakukan untuk menjaga ketersediaan air baku,” jelas Maria.
ATB sendiri tidak memiliki kewenangan di waduk dan Daerah Tangkapan Air (DTA). Karena kedua wilayah tersebut adalah milik pemerintah.
Kendati demikian, ATB tak tinggal diam dan berpangku tangan. ATB secara rutin melakukan penanaman pohon di sekitar DTA melalui kegiatan tahunan bernama ATB Festival Hijau.
ATB bersinergi bersama pemerintah dan seluruh elemen masyarakat untuk menanam dan memelihara bibit pohon sebagai langkah konkrit untuk mengatasi persoalan deforestasi hutan serta memelihara catchment area (daerah resapan air).
ATB juga aktif memberikan edukasi kepada masyarakat melalui berbagai program. Tujuannya untuk menanamkan budaya bertoleransi dalam hal penggunaan air, dan dalam hal penggunaan air seperlunya.(mbb)