BATAM – Badan Nasional
Penanggulangan Teroris (BNPT) RI bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme
(FKPT) Cabang Kepri menggelar kegiatan lintas agama yang digelar di Hall Lantai
I Hotel Aston Batam, Kamis (7/11/2019).
Kegiatan ini dihadiri Deputi I BNPT RI Mayjend TNI Hendri P Lubis dan diikuti oleh para guru agama dari TK, SD hingga SMP di Batam. Menurut Ketua FKPT Kepri Reni
Yusneli, peserta yang ikut pada kegiatan sosialisasi kali ini ada juga dari
kalangan pendidik agama tingkat PAUD sampai ke SMP.
“Pesertanya ada 105 peserta dari Kota Batam.
Selain penyampaian materi, peserta juga diajarkan tentang penyusunan Rencana
Penyusunan Pembelajaran (RPP). Tujuannya selain untuk bekal memberikan materi
sehari-hari juga akan ada perlombaan di tingkat nasional,” kata Reni Yusneli.
DI kegiatan FKPT bidang Agama dan
Budaya ini juga, tampak panitia menghadirkan tiga narasumber yang berasal dari
kalangan tokoh agama yaitu MUI Kepri, peneliti agama dari BNPT RI dan Kabid Agama
FKPT Kepri Edy Akhyari.
Menurut Ketua FKPT Kepri, terorisme dan
radikalisme dan yang akan tumbuh dan berkembang dimana lahan ia berada. Kalau di lahan kering, tentu
mereka akan mati.
“Saat ini mereka sudah
bijak mencari lahan yang produktif. Untuk itu, kita perlu terus memberikan
nilai-nilai agama sebagai landasan moral, hakekat keberadaan manusia dalam
lingkungan sebagai upaya kita bersama menangkal terorisme dan radikalisme.
Siswa perlu diberikanksadaran dalam berfikir dan bertindak dengan baik agar
tidak jauh dari nilai agama yang membawa harmoni kebangsaan,” sebutnya.
Kata Reni Yusneli, ada tiga institusi soisial yang sangat penting untuk
memerankan diri dalam melindungi generasi muda. Masing-masing lembaga pendidikan, keluarga dan
komunutas.
Menurutnya, FKPT dibentuk oleh BNPT untuk mengnyinergikan
upaya pencegahan terorisme di daerah dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat
dan pemerintah daerah berbasiskan penerapan nilai kearifan lokal.
Sementara
itu, menurut Deputi 1 BNPT, banyak hal yang menyebabkan munculnya terorisme dan
radikalisme yang patut selalu kita waspadai bersama. “Bermula dari sikap anti
keberagaman lalu menuju intoleran yang apa bila tidak dikelola dengan baik akan
memantik lahirnya radikalisme yang berujung pada terjadinya aksi terorisme,”
sebut Deputi BNPT RI
Menurutnya,
tingginya potensi radikalisme belakangan ini adalah karena faktor kemajuan
teknologi yang tidak dibarengi dengan pengetahuan berliterasi dengan bijak bagi
masyarakat.
“Di Era Disrubsi ini, informasi menjadikan masyarakat yang tidak siap mengalami kesulitan dalam membedakan mana informasi yang benar dan mana yang hoaks. Situasi ini semakin diperparah dengan merebaknya hoaks yang mengalir deras di media sosial. “Potensi pemanfaatan teknologi ini yang perlu sama-sama kita agar tidak dimanfaatkan oleh kelompok teroris. Penggunaan internet saat ini sangat disukai teroris karena memiliki dampak yang sangat luas dan cepat,” terangnya. (jek)
***